Halaman

Senin, 22 September 2014

"Ketika sebuah pengorbanan berbuah Manis "
“ SEMUA HANYA DEMI IBU “



Randy adalah seorang lelaki yang mulai beranjak dewasa. Kini Randy bersekolah di SMA terbaik di kotanya. Tapi sayang Randy tidak lahir normal atau sempurna di banding teman-temannya,dia hanya memiliki satu tangan kanan dan kaki yang tidak sempurna,kaki yang kanan tulang betisnya bengkok sehingga kalau jalan Randy agak pincang. Entah apa yang membuatnya cacat tapi semua itu terjadi sudah sejak ia lahir. Randy kecil dulu sempat berontak karena malu temannya mengejek dan menjulukinya si pengkor atau bahkan ada yang memanggilnya si tangan satu dari goa hantu.
Setiap pulang sekolah Randy selalu menangis karena ulah teman-teman kecilnya, tapi dirumah selalu ada yang menyemangatinya orang tersebut adalah ayahnya, ayahnya selalu mampu meyakinkan Randy bahwa dia adalah anak terbaik di dunia ini di banding teman-temannya, dia adalah pria tampan yang kelak akan mendapatkan bidadari yang akan menemani hidupnya, dan Randy yang memiliki suara merdu kelak akan menjadi orang besar di dunia menyanyi,pujian-pujian itu yang selalu ayah Randy ungkapkan untuknya,dan pujian itu yang selalu membuat percaya diri Randy bangkit kembali, walaupun Randy tau itu hanya untuk mnghiburnya.  Sedangkan ibu,Randy tidak punya banyak cerita tentang ibunya, karena sejak kecil sampai sekarang Randy belum pernah mendengar pujian dari ibunya untuk Randy sebagai penyemangat atau apapun, seolah ibunya menyesal telah melahirkan anak cacat itu kedunia ini,ah Randy selalu berusaha menepis pikiran buruk tentang ibunya dari otaknya,Randy bersyukur karena tanpa ibunya Randy nggak mungkin bisa melihat indahnya dunia.
               “Randy,bantu ayahmu membersihkan gerobaknya.”Teriak ibunya dari atas loteng.
Keluarga Randy hidup sederhana,mereka tinggal di sebuah gang sempit,di rumah kecil terbuat dari papan dan papan itu kini sudah mulai rapuh,rumah itu memiliki 2 lantai peninggalan dari orang tua ibunya yaitu nenek dari Randy dan Ratih adiknya Randy yang kini kelas 2 SMP. Ayahnya bekerja sebagai penjual batagor keliling yang penghasilannya pas-pasan,untungnya Randy dan Ratih mendapatkan beasiswa sehingga dapat terus melanjutkan sekolahnya.
                                                                                          ---------  II---------
Setiap pagi sebelum berangkat kesekolah Randy terlebih dulu membantu ayahnya menyiapkan segala sesuatu untuk jualan, karena Randy sangat mencintai ayahnya, Tapi kini kebersamaan itu sudah tidak ada lagi,waktu Randy kelas 1 SMA ayahnya pergi meninggalkannya untuk selamanya karena sakit jantung yang telah di deritanya sejak lama, itu yang membuat Randy yang kini telah beranjak dewasa harus bekerja keras membantu ibu biar dapur tetap ngebul. Sepulang sekolah Randy bekerja sebagai penyemir sepatu di sebuah bandara dekat sekolahnya,dia tidak malu atau takut di ejek teman-temannya. Semua ini dia lakukan semata-mata hanya untuk membahagiakan Ratih adiknya, selain itu agar ibunya sedikit bangga pada Randy, ya walau sedikit setidaknya masih ada yang bisa di banggakan dari Randy.
“Maaf pak, apa bapak mau sepatunya saya semir?”Begitulah Randy menawarkan jasanya, kadang ada yang mau, tapi tidak sedikit juga yang berlalu tanpa melihat Randy.
“Nak,kemari kamu!”Seorang bapak-bapak paruh baya memanggilnya.
Randy menoleh kekanan-kekiri mencari-cari orang yang di panggil bapak itu,tapi tidak ada orang lain.
“Iya kamu tukang semir.”Lanjut orang itu. Merasa dia yang di panggil,Randy menghampirinya.
“Semirkan sepatuku ya.”
Ternyata bapak itu meminta Randy menyemir sepatunya, sembari menunggu sepatunya di semir, bapak itu membaca Koran sambil mengajak ngobrol Randy.
“Kamu masih sekolah nak?”
“Iya pak.”
“Sekolah dimana,kelas berapa?”
“Di SMA Negeri 1 pak,kelas 3.”Jawab Randy sambil terus menyemir.
“Wah sebentar lagi lulus donk, kalau sudah lulus pengen kuliah dimana?”.
“Iya pak,insyaallah,kalau ditanya pengen lanjut dimana kayaknya saya mau tetap menyemir aja pak,mana mungkin orang cacat seperti saya ada yang mau menerima bekerja”.Jawab Randy sedikit putus asa dengan keadaannya.
“Kamu jangan putus asa nak, tetap berusaha ya,nanti kalau sudah lulus kamu hubungi bapak ya nanti kerja di kantor bapak.”Ucap bapak tua itu sambil menyerahkan kertas kartu nama.
Randy menerima kartu nama itu dan melihat namanya sejenak, Prabu Wicjaksono jabatan president direktur, Randy sempat shock melihat orang dihadapannya yang terlihat biasa ternyata dia seorang president direktur di sebuah perusahaan mobil.
“Benar pak,saya janji saya akan belajar sungguh-sungguh dan saya akan segera menghubungi bapak nanti.”Jawab Randy semangat, Randy senang sekali mendengar tawaran itu, ternyata di dunia ini masih ada yang perduli sama orang cacat seperti Randy.
“Ini pak sepatunya sudah selesai.”
“Berapa nak?”
“Tidak usah pak,bawa aja.”
“Memangnya semir yang kamu pakai itu kamu dapat darimana?”
“Saya beli pak.”
“Nah kalau begitu ambilah ini sebagai modal untuk membeli semir.”
Bapak itu memberi  Randy uang 100rbu, tapi Randy menolaknya.
“Saya nggak punya kembaliannya pak,Cuma 2rbu kok .”
“Sudah ambil aja kembaliannya dan jangan lupa hubungi saya nanti kalau kamu membutuhkan sebuah pekerjaan.”  Setelah menggunakan sepatunya bapak-bapak itu pergi meninggalkan Randy yang masih tidak percaya ditangannya ada selembar uang 100rbuan,ibunya pasti senang melihat Randy membawakan uang banyak untuknya.
Randy berlari kecil hendak pulang kerumah,dia tak sabar memberikan uang itu untuk ibunya, Randy ingin ibunya sedikit bangga pada kerja keras nya selama ini membantu ibu,karena selama ini ibunya selalu bilang bahwa kehadiran Randy nggak pernah ada gunanya, Randy selalu menyusahkan ibunya, bahkan sekarang semenjak ayahnya meninggal ibunya harus bersusah payah berjualan kue keliling kampung demi menghidupi Randy dan Ratih.
Sesampai di rumah Randy berteriak-teriak mencari ibunya.
“Bu, ibu Randy pulang bu, lihat Randy bawa banyak uang untuk ibu!”Teriak Randy mencari ibunya, tapi rumah itu sepi, tidak ada seorangpun didalamnya.
“Randy!”Tiba-tiba bu Fatwa tetangga  sebelah memanggilnya.
“Tadi ibumu tetabrak mobil sekarang dia di bawa kerumah sakit sama orang yang menabraknya.”
Randy tersentak kaget mendengar berita itu, seolah jantungnya berhenti sejenak,tubuhnya lemas. Uang seratus ribu itu masih di genggamnya, niatnya tidak berubah,dia ingin berikan uang itu untuk ibunya.
Randy pergi menuju Rumah Sakit, cukup jauh Rumah Sakit dari rumah Randy,tapi tetap dia tempuh dengan jalan kaki karena dia tidak ingin menggunakan uang itu untuk naik kendaraan dan hanya itu uang yang dia punya.
                                                            -----II------
               Siang itu matahari terbit dengan semangat, kaki Randy seolah sudah tak mampu lagi untuk melangkah, keringatnya bercucuran, perutnya lapar,tenggorokanya kering tapi Rumah Sakit tempat ibunya di rawat belum juga terlihat, Randy beristirahat sejenak di bawah pohon hanya untuk  mendinginkan kepalanya,dan mengistirahatkan kakinya, tapi wajah ibunya tak lepas dari pikiran Randy. Randy mengabaikan rasa lelahnya,dia lanjutkan lagi langkahnya menuju rumah sakit.
Akhirnya Randy tiba juga di rumah sakit, dengan tergopoh-gopoh dia hampiri bagian receptionis.
“Mbak,ibu Wati Cahaya korban kecelakaan itu di rawat dimana?”
“Sebentar ya mas.” Petugas jaga itu terlihat mencari nama yang Randy maksud dari database di  komputernya.
“masih di ruang UGD.”Lanjut perawat tersebut.
Randy menuju ruang yang disebutkan petugas tadi. Sesampainya di depan pintu UGD Randy melihat Ratih sedang menangis di kursi tunggu tak jauh dari ruangan ibunya.
“Gimana keadaan ibu?”
“Ibu kak, kata dokter keadaan ibu sangat parah.” Jelas Ratih sambil menangis, Randy memeluk adik yang di cintainya itu.
“Ratih takut kehilangan ibu kak,Ratih cinta ibu kak.”
“Kakak juga nggak mau kehilangan ibu, kakak juga sayang sama ibu, kita berdoa ya semoga ibu baik-baik aja.”
Randy mencoba menenangkan adik semata wayangnya, Randy belum melihat keadaan ibunya, cukup mendengar penjelasan Ratih, Randy tau bahwa ibunya cukup parah, kemudian Randy mendatangi dokter yang merawat ibunya.
“Permisi dok,boleh saya mengganggu sebentar?” ucap Randy sambil mengetuk pintu ruang dokter.
“Silahkan, silahkan masuk.” Jawab dokter itu ramah.
“Saya putranya ibu Wati pasien yang di rawat di ruang UGD korban kecelakaan tadi pagi dok, kalau saya boleh tau bagaimana keadaan ibu saya?”
“Begini nak, berat untuk saya mengatakan ini,karena kecelakaan itu ibumu mengalami kebutaan, kornea matanya rusak sehingga terkena pecahan kaca dan fatalnya lagi kebutaan itu terjadi pada kedua matanya.”
“Jadi apa yang harus kami lakukan dok, agar ibu kami dapat melihat kembali?”Tanya Randy lagi, karena dia tidak mau ibu yang sangat dia cintai harus mengalami kebutaan.
“Ibumu harus mendapat donor kornea mata.”
“Kalau begitu saya sedia mendonorkan mata saya dok.”Ucap Randy tegas, dia ingin memberikan yang terbaik untuk ibunya.
“Itu tidak boleh nak, pendonor mata hanya boleh di lakukan setelah orang tersebut meninggal.”
“Jadi sampai kapan kami harus menunggu sampai ada pendonor mata”?
“Tunggu saja 2 atau 3 bulan, jika ada orang yang meninggal dan keluarga mau mendonorkan matanya maka kami akan menghubungi adik.”
               Randy meninggalkan ruangan dokter,dia berdoa semoga secepatnya ada seorang yang dermawan yang mau mendonorkan mata untuk ibunya.
                                                                   ------II------
               Setelah dirawat kurang lebih dua minggu, akhirnya ibunya Randy diperbolehkan pulang, untung semua biaya rumah sakit ditanggung oleh orang yang telah menabrak ibunya Randy jadi Randy tidak memikirkan biaya nya, tapi yang jadi pikiran Randy adalah apa yang harus Randy lakukan untuk menafkahi keluarga, karena ibunya sudah nggak mungkin lagi untuk berjualan, jadi sekarang Randy harus menambah jam kerjanya menyemir agar dapat uang tambahan lebih banyak lagi.
“Bu, ini ada uang untuk ibu,lama banget sudah Randy simpan untuk ibu, waktu itu Randy dapat rejeki bu.”
Randy meletakkan uang 100ribu yang pernah dia terima hasil menyemir kepada ibunya.
“berapa ni?”
“100ribu bu.” Jawab Randy senang, dia berharap ibunya senang menerimanya. Tapi ibunya malah melempar uang itu.
“Untuk apa uang itu, apa selama ini Cuma itu yang bisa kamu dapat, apa dengan uang segitu sudah bisa mencukupi kebutuhan rumah? Kamu benar-benar anak nggak berguna!” Jawab ibu ketus, Randy kecewa mendengar ucapan itu, Randy ingin menangis mendengarnya. Tapi Randy kembali ingat pesan ayahnya dulu, bahwa pantang bagi laki-laki menangisi hal-hal kecil, karena itu akan membuat laki-laki semakin lemah.
                                                                           -----II------
               Setiap hari Ratih menuntun ibunya kemanapun yang ibu mau, hanya Ratih yang menuntun karena ibunya nggak mau di tuntun oleh Randy, katanya itu akan membuatnya celaka di tuntun oleh orang cacat seperti Randy.Randy sedih mendengar hinaan yang di ucapkan dari ibu yang telah melahirkannya, Randy sempat berfikir apa Randy ini bukan anak yang lahir dari rahim ibunya sampai-sampai ibunya sebenci itu sama dia, tapi Randy mengambaikan fikiran itu, dia selalu berfikiran positif, mungkin itu ibu lakukan karena ibu sayang sama dia atau itu pengaruh karena ibu tidak dapat melihat,jadi membuatnya sering emosi. Randy mencoba memahaminya.
               Entah apa yang membuat ibunya sebenci itu sama Randy, Padahal Randy selalu menuruti yang ibunya mau dan berusaha memberi yang terbaik untuk ibunya, tapi mungkin memang karna kehadiran Randy di dunia ini nggak membantu ibunya sama sekali, dulu waktu ada ayahnya Randy nggak sesedih ini, karena ayahnya selalu mampu membuat Randy tersenyum karena pujian dan semangat dari ayahnya.
                                                                           ----ll------
               Sebulan, dua bulan, bahkan sekarang sudah jalan hampir 3 bulan belum juga ada kabar dari rumah sakit tentang donor  mata, dan Randy memutuskan untuk ke rumah sakit menanyakan tentang pendonor mata untuk ibunya, tapi dokter mengatakan bahwa belum ada satu orangpun pendonor. Randy semakin nggak tega melihat Ratih yang setiap hari harus bersusah payah membantu ibunya melakukan sesuatu, karena ibunya hanya mau di bantu oleh Ratih.
Hari ini genap 3 bulan,ibunya Randy tidak dapat melihat indahnya dunia, tidak dapat melihat lagi kecantikan putrinya Ratih,dan si cacat yang dia benci yaitu Randy, selain itu ibunya juga tidak lagi dapat berjualan. Walaupun orang yang telah mencelakakan ibunya Randy membiayai keperluan keluarga tapi semua itu tak cukup karena tidak dapat mengembalikan penglihatan ibunya.
Tapi suatu pagi rumah Sakit mengirimkan surat kepada ibunya Randy, sebuah kabar gembira karena ibunya telah mendapatkan pendonor mata. Ratih membacakan surat itu, begitu mendengar berita itu si ibu sangat senang.
“Aku akan mengucapkan ribuan trimakasih sama orang yang sudah mendonorkan matanya untuk ibu.”Ucap ibu sambil sujud syukur karena senang akan melihat lagi.
“Besok kita di suruh kerumah sakit bu, jadi Ratih harus mencari kak Randy tentang kabar gembira ini bu.”
“Nggak usah,buat apa kasih tau dia,anak itu nggak ada gunanya,besok kita pergi sendiri aja.”Jawab ibunya ketus, seolah dia nggak mau Randy ikut bahagia mendengar berita itu.
Keesokan harinya Ratih dan ibunya pergi kerumah sakit, tanpa Randy. Ibunya sangat senang sekali hari ini mau di oprasi dan nggak lama lagi dia sudah bisa melihat lagi kayak dulu.
Setibanya di rumah sakit Ratih langsung menuju ruang dokter yang akan mengoprasi ibunya, setelah mengurus semua administrasi dan menunggu selama kurang lebih 3jam,akhirnya ibunya di bawa ke ruang oprasi.
                                                                           ------------ll--------------
               Oprasi berjalan lancar, kini ibunya Randy hanya menunggu masa pemulihan apakah oprasi itu berhasil atau nggak, semuanya bisa di lihat 2 minggu kemudian.
“Bagaimana keadaan ibu?” Tanya Ratih sepulang sekolah waktu dia menghampiri ibunya.
“Ibu baik nak, kamu sudah pulang?”
“Iya bu.”
“Mana kakakmu,kemana anak itu sudah lama ibu nggak mendengar suaranya, dasar anak durhaka.” Ucap ibu kesal.
“Sudahlah bu, jangan begitu sama kak Randy, mungkin dia lagi cari uang buat kita.” Jawab Ratih membela.
“Ah, ibu nggak yakin sama anak itu, ibu nyesal punya anak kayak dia, nggak ada yang bisa ibu harapin dari dia, bisanya nyusahin aja.”
Ratih hanya terdiam mendengarnya, Ratih harus berusaha mengalah demi kesembuhan ibunya,karena kalau ibunya banyak fikiran itu akan mengganggu perkembangan syaraf yang membantu kesembuhan mata ibunya.
                                                                           --------------ll--------------
               Hari ini adalah waktu yang di tunggu-tunggu Ratih, karena hari ini perban yang kurang lebih 2 minggu menutup mata ibunya akan di buka.
“Doain ibu ya nak, semoga semuanya lancar.” Pinta ibunya pada Ratih yang erat mengenggam tangannya sebelum memasuki ruang oprasi.
“Iya bu, Ratih selalu berdoa untuk ibu.”
               2 jam Ratih menunggu di luar ruang oprasi dengan cemas, selain takut terjadi apa-apa sama ibunya,Ratih juga cemas karena Randy sudah hampir 3 minggu nggak pulang kerumah, Ratih takut terjadi apa-apa sama kakaknya, karena kondisi fisik kakaknya itu yang membuat Ratih cemas.
Dokter keluar dari ruang oprasi dan menghampiri Ratih.
“Selamat ya nak, oprasinya lancar dan sekarang ibu kamu sudah bisa melihat lagi.” Ucap dokter yang membuat Ratih menangis senang.
“Benarkah dok?Apa saya sudah boleh melihat ibu?” Tanya Ratih penasaran.
“Iya boleh, masuklah, Oya ini tolong berikan untuk ibumu ya?” Dokter itu memberikan sepucuk surat dalam amplop putih.
“Apa ini dok?” Tanya Ratih heran.
“Saya juga nggak tau, itu titipan katanya suruh berikan untuk ibumu kalau beliu sudah bisa melihat kembali.”
Kemudian dokter itu meninggalkan Ratih setelah membrikan suratnya, Ratih menuju ruang tempat ibunya dirawat setelah oprasi.
“Ibu……………!” Ratih berteriak senang dan langsung memeluk ibunya.
“Ratih, akhirnya ibu bisa lihat kamu lagi nak.”
“Bu, ini tadi ada surat dari dokter katanya untuk ibu”.
“Apa ni?Dari siapa katanya pak dokter?”
“Dokter bilang dari seseorang untuk ibu, ayo kita baca bu,mungkin dari orang yang sudah menabrak ibu kan dia yang biayai oprasi ini.” Kata Ratih sambil membantu membuka amplop yang dia bawa tadi.
Ibunya mengambil isi amplop itu dan memperbaiki posisi duduknya biar bisa membaca dengan jelas.

Untuk ibuku tercinta…..
Bu, mungkin saat ibu membaca surat ini Randy sudah pergi untuk selamannya, Randy sedang menyusul ayah, karena Randy sangat merindukannya. Maaf bu Randy nggak sempat pamit tapi yang jelas sekarang Randy senang karena bisa membantu ibu untuk kembali melihat dunia, bisa melihat lagi Ratih yang cantik, dan ibu sudah nggak akan lihat lagi Randy yang cacat ini.
Trimakasih untuk semua cintanya yang nggak pernah pudar bu, Randy tau sebenarnya ibu sayang sama Randy, dan dengan cara itu mungkin ibu tunjukan sama Randy. Randy sayang banget sama ibu, dan inilah yang Randy lakuin untuk membuat ibu bahagia, Randy pengen ibu bangga sama Randy dan semoga dengan cara ini ibu bisa bangga dengan pengorbanan Randy.
Semoga mata Randy dapat berguna, karena dimata ini ada cinta Randy yang begitu besar untuk ibu, kasih sayang yang nggak pernah bisa Randy balas. Randy cinta ibu dan Ratih selamanya.
Selamat tinggal bu……salam cinta dari anakmu…
Randy Irawan

Ibu memeluk surat itu bersama Ratih. “Ibu juga sayang kamu nak,,,,maafkan ibu Randy.”
Walaupun Randy sudah pergi untuk selamanya, pasti dia mendengar ungkapan maaf ibunya.
“PENYESALAN ADALAH BUAH DARI KETIDAKSABARAN”