Halaman

Rabu, 15 Oktober 2014

Ketika cinta butuh kejujuran (FOR LOVE)

Tak Mungkin Untuk Menyesal

Malam kian larut,membawa anganku kian jauh melayang….
Di antara terangnya bintang,,,,,di balik indahnya bulan ku lihat senyum indahmu lebih teduh dari semua cahaya itu….
Aku tak pernah jenuh memandang, walau hujan tiba aku akan terus memandang langit.
Berharap bintang dan bulan kan hadir dibalik mendung, agar aku dapat terus melihat indah senyummu yang tak pernah mampu ku miliki….

Aku memikirkan lanjutan puisiku, tiba-tiba suara pintu kamarku ada yang mengetuk….ku dengar suara ibu memanggil.”Nanda,ada Faya di luar”!.
Ah,,,Faya mengganggu istirahatku!Batinku sedikit kesal. Aku beranjak dari tempat tidur menuju halaman belakang karena aku yakin makhluk satu itu pasti langsung nyelonong di tepi kolam ikan.
Kubuka pintu dapur,”loh kok gak ada,ah ngerjain ni pasti”.ucapku lirih,sambil melirik kesetiap sudut ruangan yang bisa dijadikan tempat persembunyiannya,tapi kosong,nggak ada sesuatu yang mencurigakan disana,kemana anak itu atau jangan-jangan ibu bohong lagi.
“Bu…..mana faya”?Tanyaku sedikit berteriak
“Ada di teras”!
Tumben-tumbenan anak tu di teras,aku langsung berlari keluar,ku liat Faya dari samping sedang ngobrol sama seseorang,tapi sama siapa? ibu di dapur,bi ina lagi cuti,mang ujang pasti lagi cari inspirasi dipinggir kali di warung kopi langganannya, jadi Faya ngobrol sama siapa tu? aku mencoba memperjelas penglihatanku tapi nggak berhasil karena sosok misterius itu tertutup dinding teras,langsung keluar aja ah biar jelas.
“Kenapa Fay? tumben sore-sore kerumahku kangen ya sama aku…hehe” .Aku langsung nyerocos tapi tiba-tiba kata-kataku berhenti, mataku seakan nggak bisa berkedip ngeliat sosok disamping Faya, ya mungkin alasanku kenapa aku masih pengen di dunia ini sampai sekarang yang pertama karna ibadahku yang masih kurang, yang kedua demi ibuku tercinta dan yang ketiga masih pengen ngeliat Fandy. Ya sosok disamping Faya itu adalah Fandy, orang yang mampu membuatku nggak tidur semalaman karena mikirin dia, orang yang  jadi inspirasi  dari puisi-puisiku, dan karena dia alasanku masih pengen untuk tetap menikmati indahnya hidup.
“Hey wil kok ngelamun”!Bentak Faya, yang membuatku tersentak kaget dan sedikit kesal.
Ugh….benci banget kenapa Faya panggil aku kriwil di depan Fandy bikin jatuh imegku aja……Oya satu lagi demi keliatan perfect di depan Fandy aku bahkan ngeribonding rambutku biar kayak bintang iklan shampoo, kalau museum rekor Indonesia mencatat mungkin aku juaranya orang paling sering melakukan rebonding rambut, karena rambutku yang kriwil nggak mudah di takhlukkan oleh alat catok apapun pasti kembali kriwil atau kadang lurus tapi kayak sapu ijuk yang biasa dipake nyapu sama bi ina, tapi karena lama nggak nyalon sekarang rambutku kembali jadi kayak mie goreng.
“Ya ampun Nanda kamu ni jangan-jangan gila beneran, kenapa seh senyum-senyum sendiri, mending kami pulang deh daripada dicuekin sama yang punya rumah”. Ucap Faya sembari beranjak dari duduk dan bikin aku sadar kalau dari tadi ada orang di depanku….ah gara-gara Fandy lagi ni yang bikin aku sering ngelamun, dan tadi sebelum mereka datangpun aku lagi mikirin Fandy ternyata yang dipikirkan datang.
“Jangan pulang fay….ayo masuk ke dalam, ayo masuk Fan….”.Ajakku, sebenarnya tawaran ini hanya berlaku untuk Fandy tapi karena berhubung Faya yang bawa dia kesini aku harus berbaik hati sama dia dan mengucapkan ribuan trimakasih.
“Ayo fan kita masuk, kamu bilang ada yang mau kamu omongin sama Nanda”.
Hah,ada yang mau Fandy omongin sama aku apa aku nggak salah dengar,kira-kira apa ya, jangan-jangan dia juga ada feeling sama aku selama ini, Oh Tuhan jangan membuatku GRan kayak gini. Menuju kedalam rumahku sendiri jatungku berdegup kencang banget, mudahan aja Fandy nggak dengar degupan jatungku ini.
“Ayo silahkan duduk,mau minum apa sebentar aku ambilkan”?Sebagai pemilik rumah aku harus menjamu tamu sebaik mungkin apa lagi tamu ini sangat special.
“Ibu kemana Nan, biar aku yang ambilin deh kalian di sini aja ngobrol-ngobrol”.
“Ada di dapur lagi masak kayaknya”.jawabku,dalam hati aku berterimakasih karena Faya mau membantuku mengambilkan minum dan membiarkanku berdua dengan pujaan hatiku.
Ternyata tanpa diperintahpun Faya anaknya emang pengertian,tanpa aku beri isyarat,petunjuk atau aba-aba dia langsung kedapur dan membiarkanku berdua denga Fandy,mungkin karena tadi Faya bilang ada yang mau Fandy omongin ke aku makannya dia masuk takut di bilang nguping.
Waktu Faya sudah kedapur Fandy menggeser posisi duduknya lebih dekat denganku,dan itu yang bikin sekujur badanku dingin, jantungkupun berdetak nggak beraturan, perasaanku bercampur aduk antara gugup, senang, penasaran pokoknya macam-macamlah yang lagi aku rasain sekarang karena duduk disamping orang yang selama ini aku kagumi, sekalipun kami beda kampus tapi aku cukup mengenal Fandy karena dulu aku, Faya, dan Fandy satu kelas waktu SMA, dan walaupun aku nggak terlalu dekat sama Fandy  tapi aku cukup tau tentang dia dari pengintaiku selama ini, cukup bisa diandalkanlah kalau seandainya aku dijadikan detektif karena tanpa diberitahupun aku sudah tau alamat rumah Fandy, dia tinggal di Jl.Halmahera Rt,23 No,102 rumah warna biru pemilik rumah Bapak Adi Sanyoto dan Ibu Humaira Nasution, anak-anaknya bernama Fandy Hadi Sanyoto dan Amira Anindia Sanyoto, anaknya hanya dua yang pertama sudah kuliah semester 6 diuniversitas Indonesia jurusan Hubungan International yaitu Fandy, dan putrinya yang kedua saat ini duduk di bangku sekolah menengah atas kelas 2 dia adalah Mira,Fandy Lahir di Bandung, 22 Agustus 1987.
“Nan…..”!Seru Fandy yang membuyarkan semua pikiranku yang mencoba mengingat  identitas Fandy.
“O..iya, kenapa Fan,tadi bilang Faya ada yang mau kamu omongin ke aku,kenapa ya?”
 “Enggak kok, pertama tadi aku pengen jalan-jalan aja kerumah kamu, kan biar aku tau rumah kamu juga ,bolehkan”?Ucap Fandy yang membuatku hanya tersenyum tersipu.
“Oya, Nan aku boleh Tanya sesuatu nggak”?Kembali Fandy melanjutkan bicaranya, seandainya nanti Fandy tanya apa aku sudah punya pacar secepat kilat aku bakal bilang kalau aku sedang tidak punya pacar dari dulu sampai detik ini. Karena aku mengharap kamu tau kalau selama ini hatiku hanya untukmu walaupun yang tau akan rasa ini hanya aku dan Tuhan  dan buku diaryku ,bahkan ibu dan Faya orang yang selama ini paling dekat sama aku nggak tau, aku nggak mau ntar gara-gara kecerobohanku cerita kesemua orang itu akan membuat rahasiaku kebongkar dan Fandy akan tau kalau sebenarnya aku mengaguminya ,kalau seandainya suatu saat nanti Fandy juga mencintaiku aku harap itu hadir dari lubuk hatinya Fandy sendiri bukan karena kasian akan perasaanku sama dia.
“Mau Tanya apa Fan, hari ini boleh kalau besok-besok tanya pakai ongkos ya”.Jawabku sedikit melucu agar suasanya nggak terlalu tegang dan aku berhasil membuatl Fandy yang so cool itu tersenyum, senyuman yang membuat hati para wanita terutama aku berbunga-bunga seperti taman di negeri dongeng dan membuatku terbang ke awan, pokoknya susah dideskripsikanlah gimana perasaanku hari itu dideket Fandy.
“Gini Nan….sebenarnya aku mau nanya tentang Faya, apa dia di kampus sudah ada yang deketin, atau apa Faya sudah punya pacar atau lagi deket sama siapa gitu”?
Kata-kata Fandy yang baru saja ku dengar membuatku seperti kesambar petir di bawah terik matahari, membuat bunga-bunga di hatiku layu dalam sekejap dan langsung berguguran  dan aku yang tadi melayang di awan langsung terhempas ke lantai, sakit banget rasanya, kenapa harus Faya yang dia tanyakan, kenapa harus sama aku tanyanya, apa Fandy nggak tau tentang perasaanku. Aku mencoba untuk tetap tersenyum nggak mau kalau Fandy curiga tentang perubahan suasana hatiku.
“Faya, kayaknya dia lagi single,nggak lagi deket sama siapa-siapa, memangnya kenapa Fan”?Tanyaku masih dalam keadaan tenang mencoba menutupi rasa cemburuku.
“Alhamdulilah…”.ucap Fandy lirih,tapi sangat jelas nyangkut dikupingku.
“Emangnya kenapa Fan,kamu suka sama Faya ya”?Tanyaku lagi mencoba mengintrogasi Fandy dan berharap Fandy menjawab TIDAK.
“Sebenanya aku mau minta bantuan kamu Nan,aku pengen tau tentang Faya lebih dalam,kamukan yang selama ini dekat dengan Faya,kamu bisa nggak bantu aku”?Kata Fandy yang membuat hatiku makin teriris-iris.
“Aku bisa bantu apa,kalau aku mampu pasti ku bantu,Faya kan teman baikku.”jawabku yang sedikit lirih,karena aku sudah nggak kuasa menyimpan rasa cemburuku.
“Sudah lama aku pengen deketin Faya tapi aku takut dia sudah punya pacar,tapi karena selama ini dia kemana-mana sama kamu makanya aku Tanya sama kamu, aku pengen kamu bisa bantu aku, aku mohon banget sama kamu.”  Pinta Fandy memelas,membuatku mencoba memahami dan menurunkan ego demi sahabatku,kalau memang Fandy sukanya sama Faya aku nggak bisa berbuat apa-apa walaupun cinta Fandy untuk sahabatku sendiri.
“Iya,nanti aku coba untuk bantu ya,tapi jangan berharap banyak dari aku karena aku nggak bisa nyomblangin orang dan kalau usaha sendiri itu pasti akan membuat Faya lebih percaya sama kamu.”
sebenarnya aku bingung apa yang baru saja aku ucapkan ini,kenapa aku nggak jauhkan mereka aja biar Fandy tetap untukku, tapi apa Nanda sejahat itu,aku yakin aku nggak mampu,hampir aja airmata ini menetes tapi aku tahan,aku nggak mau kelihatan lemah di depan Fandy.
“Aku juga nanti berusaha untuk dekati Faya juga, tapi aku minta bantuanmu juga, aku yakin kamu bisa bantu, kamukan orang suka membantu Nan”. Ucap Fandy sambil nyengir kuda,sembari meletakkan tangannya diatas tanganku. Oh Tuhan apa yang sedang aku rasakan ini,tubuhku gemetar,cinta itu nggak pudar sedikitpun walau Fandy telah menyakitiku dengan mencintai sahabatku,tapi aku mencoba membuang jauh-jauh perasaanku,aku harus ingat Faya sahabatku yang dicintai Fandy,perlahan kutarik tanganku dari Fandy.
“Iya,nanti aku bantu.”
Saat keadaan hening,Faya datang membawa dua gelas es sirup di atas mampan, aku menggeser posisi dudukku menjauh dari Fandy aku nggak mau Faya curiga tentang obrolan kami.
“Lama banget seh ambil minum,Fandy sudah hampir dehidrasi karena kehausan”.
“Maaf, tadi aku lagi bantuin ibu di dapur, lumayan kalau bisa gantiin bi ina kan aku dapat gaji”.Jawab Faya,sambil meletakkan minumannya di meja.
“Gimana,sudah ngomongnya Fan?Memang ngomongin apa seh tadi”?
“Ah, nggak kok kami hanya ngobrol-ngobrol soal kuliah,ayo Fay pulang sudah sore ni”.Ajak Fandy sembari beranjak dari duduknya dan menyeruput sirup dihadapannya.

                                                            ***DD***
Sepulangan Fandy dan Faya aku termenung di ruang tamu,menyadarkan diriku apa semua ini nyata,apa aku tidak sedang bermimpi mendengar dari orang yang kukagumi kalau dia mencintai sahabatku.
Aku membenci diriku sendiri,kenapa harus Fandy yang ku cintai kalau akhirnya dia juga yang membuatku sakit hati. Tapi aku nggak boleh egois aku harus merelakannya, merelakan mereka bersatu karena bahagia mereka adalah bahagiaku juga walaupun hati ini sakit banget.
Aku kembali ke dalam kamarku,melanjutkan puisi-puisiku, diantar puisi-puisi cintaku hari ini untuk pertama kali aku harus memulai puisi patah hati.

Ku goreskan sebait kata dalam lembar kertas putih
Kurangkai keindahan dalam sebuah angan,tapi dalam sekejap angin menghapusnya
Ku bingkai bahagia di antara putihnya awan, tapi hujan menjatuhkannya
Aku terlalu mencintaimu melebihi aku mencintai diriku sendiri, tapi cintamu ternyata bukan untukku
AKu tetap tersenyum untuk semua ini, karena memang aku tak mampu untuk menakhlukkan hati yang hanya mencintai  sahabatku……
                                                                        *****DD****
Di kampus aku menyampaikan pesan Fandy sama Faya,walaupun berat tapi aku akan tetap menyampaikannya karena aku janji akan membantu Fandy semampuku.
“Fay,kamu tau nggak,sebenarnya Fandy itu suka sama kamu tau,dia pernah bilang itu sama aku”.
“Kapan dia bilang wil?ah kamu ni suka menghayal,mana mungkin Fandy suka sama aku,suka sama kamu mungkin”.Jawabnya sambil memainkan game di Hpnya.
“Dia bilang gitu sama aku,dia suka sama kamu,lagian aku nggak suka sama Fandy kok”.Aku mencoba menutupi perasaanku,aku berharap Faya nggak tau kalau aku lagi nangis dalam hati,aku ingin membuat orang yang aku cintai bahagia.
“Ntar deh dipikir-pikir lagi”.Ucap Faya masih dengan nada cuek.
Aku hanya terdiam mendengar  jawaban Faya, ku biarkan dia memutuskannya sendiri karena hanya itu yang bisa aku bantu buat fandy.
                                                *****DD*****
Dirumah aku bermain dengan ikan-ikan koi di kolam ikan di belakang rumahku, sudah dua hari nggak ada kuliah,yang biasa aku ngisi waktu libur untuk jalan-jalan tapi kali ini suasana hatiku sedang tidak bersahabat.Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Ibu lagi arisan di rumah temannya,aku di rumah sendirian, malas sebenarnya aku buka pintu,entahlah sehabis ungkapan Fandy tentang Faya bikin suasana hatiku nggak karuan.
Waktu ku buka pintu kuliat Fandy berdiri di hadapanku dengan senyumannya yang selalu mampu meluluhkan hatiku dalam keadaan apapun,senyumannya yang menenangkan,senyumnya yang mampu membuatku membalas senyuman itu wlaupun hatiku sedang patah.
“Hai Fan,tumben sendirian,kenapa nih seneng banget nampaknya klo di tengok-tengok,masuk yuk”.Sapaku pakai bahasa batak gado-gado,ah Fandy lagi yang datang kagak nahan deh pokoknya kalau udah dekat Fandy,jadi pengen senyum terus bawaannya,atau jangan-jangan Fandy nggak bawa virus cinta tapi virus gila.
“Iya,aku lagi seneng banget ni Nan….Eh tunggu dulu aku punya sesuatu buat kamu”.Ucap Fandy sambil menyerahkan sebuah bingkisan berwarna ungu,warna favoritku.
“Apa ni,aku kan ulang tahunnya masih lama.”
“Udah buka aja,jangan banyak nanya,nanti aku jelasin.”
Ku buka kado kecil itu,dan isinya kotak music kecil berwarna ungu juga, di dalam kotak musik itu ada boneka kecil menari mengikuti irama musik, hatiku seolah ikut menari mengikuti tarian boneka kecil itu,aku seneng banget dapat kado dari Fandy.
“Makasih ya kadonya,bagus banget”.
“Iya,sama-sama,itu ucapan trimakasihku karena kamu udah bantu aku buat menyatukanku sama Faya,semalam aku ngajak Faya dinner dan disana aku nyatain cinta sama dia,dan kamu tau dia terima cintaku,makanya aku lagi seneng banget ni,itu kado kecil untuk ucapan trimakasih”.Jelas Fandy panjang lebar.
Fandy selalu membuatku terbang melayang,dan seketika dia hempaskan aku kebumi,rasanya sakit banget,lebih sakit  daripada sakit gigi, aku terdiam,tanpa terasa  airmataku menetes,cepat-cepat aku menghapusnya,aku nggak mau Fandy tau aku sedang menangis.
Orang yang aku cintai pacaran sama sahabatku sendiri, kenapa semua ini terjadi Ya Rabb,kenapa aku harus mendengar semua ini langsung dari Fandy,orang yang sejak kelas satu SMA sudah aku taksir, karena dia sampai sekarang aku nggak membuka hati untuk orang lain,karena aku masih berharap siapa tau suatu saat nanti Fandy juga punya perasaan yang sama seperti apa yang aku rasain,tapi setelah mendengar semua ini apa aku masih mampu berharap sama Fandy,itu sudah nggak mungkin, Fandy dan Faya sudah menjadi sepasang kekasih dan aku nggak mampu merusak kebahagiaan itu.
“O…iya,selamat ya,itukan usaha kamu sendiri lagian aku belum berbuat apa-apa kok”.wajahku seketika sedih.
“Nggak apa-apa yang jelas berkat kamu juga Faya bisa terima aku jadi pacarnya”. Jawab Fandy singkat sambil membaca pesan singkat yang masuk ke HPnya.
“Ya udah aku pulang dulu ya,sekali lagi makasih untuk bantuan.”
Setelah kepergian Fandy airmataku kembali menetes mengingat Fandy dan Faya udah jadian, sekarang puncaknya rasa sakit yang aku rasain selama ini,sebuah pengharapan yang berakhir dengan kekecewaan.
Aku benci sama diriku sendiri yang tak pernah mampu mengungkapkan rasa cinta yang aku rasain sampai akhirnya aku harus merelakan orang yang aku cintai bahagia dengan orang lain.
                                                ****DD****
Pagi ini aku malas banget ke kampus padahal hari ini ada quis statistika, tapi aku mencoba menyemangati diriku sendiri,ayo semangat Nanda,patah hati bukan akhir dari sebuah cinta,yakinlah bahwa masih ada cinta yang lebih baik dari Fandy.
Tapi….Oh,apa aku mampu mencari cinta lain selain Fandy,kehadirannya sudah mendarah daging dalam hidupku, apa nanti cintaku akan seperti ini lagi, apa aku akan kembali merasakan sakit hati yang membuat hari-hariku berantakan, entahlah aku tau Allah punya cerita sendiri-sendiri untuk masing-masing umatnya,siapa tau Fandy pacaran dengan Faya,tapi nanti kelak jadi suaminya Nanda Khoirunisa.hehehe
Aku tersenyum menghayalkan hal konyol itu, Setelah selesai berbenah, aku pergi ke kampus, ah ke kampus lagi dan di kampus pasti aku akan mendengar celotehan Faya tentang jalan cerita sampai akhirnya dia jadian sama Fandy, mungkin aku harus membawa tisu banyak-banyak untuk persiapan menguras airmataku lagi,dan hari ini aku harus memesan satu kamar mandi cewek di kampus untuk di kosongkan karena itu adalah teman curhatku yang paling setia selama ini.
Ku pacu mobilku menuju kampus, sesampai di kampus kuparkir mobilku di tempat biasa aku memarkir di samping mobil Faya juga biasa memarkir, tapi kali ini yang biasa avanza hitam belum menempati singgahsananya,kemana anak itu apa dia hari ini nggak masuk padahalkan ada quis.
Aku berlalu meninggalkan pertanyaan-pertanyaan di kepalaku,waktu aku mau masuk gerbang kampus sebuah mobil Honda jazz biru berhenti tepat di sampingku aku melirik dan Oh My God itu Fandy dan Faya,Fandy mengantar Faya,mataku pura-pura nggak liat mereka, aku melanjutkan langkahku tapi Faya memanggilku.
“Kriwil tunggu”!tanpa menoleh lagi untuk memperjelas apa yang kulihat aku sudah yakin dengan panggilan itu karena hanya Faya yang memanggilku kayak gitu,aku hanya menghentikan langkahku tanpa menoleh,setelah kudengar suara mobil Fandy pergi baru aku menoleh menyapa Faya,kami sama-sama masuk kekelas
Dikelas ternyata benar dugaanku ,Faya menceritakan seluk beluk sampai akhirnya mereka jadian, tentang hal-hal romantis yang di berikan Fandy padanya pokoknya semua cerita itu bikin hatiku mau meledak tapi aku mencoba mendengarkan dengan senyuman dan ucapan selamat untuk sahabatku Faya, aku mencoba menahan airmataku, aku mencoba menahan rasa cemburuku, aku mencoba tabah di didepan Faya.
                                                            *****DDD*****
            Kisah cinta Faya dan Fandy sudah berjalan satu bulan, dan selama itu pula aku terus-menerus mencoba menahan rasa cemburu, melihat keromantisan Fandy untuk Faya, mendengarkan pujian Faya kepada Fandy pokoknya banyak hal lain yang aku lihat, karena kadang aku di ajak untuk ikut kalau mereka pergi atau kadang Faya juga krumahku menceritakan semuanya, entah apa maksudnya tapi aku selalu siap mendengarkan semua cerita bahagia sahabatku tanpa memperlihatkan rasa cemburu sedikitpun di hadapan mereka,biarlah mengalah untuk menang.
Selain itu Fandy juga pernah cerita minggu depan dia dan keluarganya akan pindah ke Maluku karena ayahnya pindah tugas kesana,mendengar berita itu aku dan Faya seperti kesambar petir,aku aja yang hanya mencintai Fandy tanpa dia tau aja hampir pingsan mendengar berita yang sangat mendadak itu apalagi Faya yang baru pacaran satu bulan sama Fandy,gimana perasaannya pasti sedih banget bakal pisah sama orang yang dia cintai apalagi ini perpisahan yang nggak tau kapan akan berakhir.Faya menangis didepan kami dan Fandy memeluknya, membelai manja rambut Faya dan mencoba menenangkannya,aku juga menangis tapi aku harus menopang diriku sendiri, menenangkan hatiku tanpa ada yang mengusap airmataku selain tanganku sendiri karena aku buka Faya yang memiliki Fandy.
Apa aku sanggup jauh sama Fandy, apa aku mampu mengisi hari-hariku tanpa melihat senyum yang meneduhkan itu,walaupun aku nggak memiliki Fandy seutuhnya tapi setidaknya aku masih bisa melihat dia hampir setiap hari walaupun rumah kami berjauhan tapi aku selalu melintaskan mobilku di depan rumahnya hanya siapa tau saja rejekiku bisa ngeliat Fandy,dan sekarang waktu bertemuku lebih banyak karena hampir setiap hari Fandy mengantar jemput Faya ke kampus kadang kami juga jalan bareng.Tapi sekarang Fandy mau pergi dan aku nggak mampu untuk menahannya.
                                                            ****DDD****
Hari menjelang keberangkatan Fandy sudah semakin dekat,tinggal dua hari menjelang keberangkatannya Fandy mengajakku jalan katanya mau belikan Faya hadiah,hatiku kembali berdegup kencang mendengar ajakan itu,Ya ampun aku mau jalan berdua sama orang yang aku cintai dari dulu sampai detik ini setidaknya sebelum Fandy pergi aku sudah pernah ngerasain jalan bareng sama dia,ah tapi ini hanya untuk membeli hadiah dan hadiah itu untuk Faya, aku mengiyakan ajakkan itu.karena Fandy akan pindah keluar kota.
Kami menuju rumah kado tempatku biasa membeli kado, disana aku memilihkan kado yang cocok untuk Faya,sebuah boneka taddy bear yang sangat besar kesukaan Faya,ketika aku menunjukkan sama Fandy ia setuju dan meminta patugas toko untuk membungkusnya setelah selesai kamipun pulang.
Dijalan sambil menyetir Fandy mengatakan sesuatu yang bikin jantungku hampir berhenti berdetak.
“Nanda,kamu tu padahal cantik lo dengan rambut ikalmu tu,udah nggak usah jadi orang lain,jadi diri kamu sendiri aja,itu lebih baik.ucap Fandy dan itu membuatku terbang jauh tak terbayang ke angkasa ku akan terbang seperti lagunya kotak
“Makasih”.Ucapku singkat.
Setelah mengantarku pulang,Fandy langsung menuju rumah Faya mengantar hadiah yang baru saja kami beli,karena besok Fandy sudah harus berangkat ke Maluku bersama keluarga,barang-barang dirumah Fandy sudah di paket seminggu lalu jadi besok hanya tinggal pemilik rumah saja yang berangkat,mobilnya Fandy juga sudah dikirim beberapa hari yang lalu,dan yang kami naiki tadi adalah mobil rental yang sengaja di sewa untuk mengurus kepindahan Fandy dan keluarga.
                                                            *****DDD*****
Malamnya waktu aku sedang asik nonton TV HPku berbunyi kulihat Faya memanggil,segera ku angkat.
“Hallo kriwil,makasih ya udah pilihin kado yang cantik banget,tau aja kalau aku butuh itu pas Fandy pergi nanti,aku pengen masih ada yang nenangin aku selain Fandy,walaupun itu benda mati tapi setidaknya ada yang bisa ku peluk”.Cerita Faya dari ujung telephone.
“Kan masih ada aku Fay,nggak ada Fandy yang biasa kamu jadiin tempat curhat kan aku ada,dulu juga sebelum ada Fandy kamu nggak semanja ini”.aku mencoba menasehati Faya,aku tau Faya pasti sedih banget malam ini karena besok harus pisah sama orang yang dia cintai,aku bisa merasakan itu karena itu yang aku rasain sekarang.
“Oya Nan,kamu sedih nggak Fandy mau pindah”?Tanya Faya yang membuatku heran dengan pertanyaan itu,seadainya aku bisa jawab kalau aku sedih banget, kalau boleh nahan aku nggak rela Fandy pergi,kalau boleh kembali meminta sama Tuhan batalkan semua rencana kepindahan Fandy,tapi Allah sudah punya rencana.
“Ya sedihlah,tapi nggak sedih-sedih amatlah,kan kamu yang dekat sama dia kalau aku mah sedih yang sekejap hilang”.Jawabku berbohong.
“Besok kita antar dia ke bandara kan”?
 “Iya,kamu mau aku jemput atau gimana”.Jawabku menawarkan sama Faya.
“Nggak usah deh,ntar aku nyusul aja,ada yang mau aku beli kado dulu untuk Fandy”.Ucap Faya.
Tiba-tiba telephon terputus,pasti pulsanya Faya habis,batinku sambil tersenyum tipis.
                                                            *****DDD*****
Pagi ini aku menuju bandara hendak mengantar Fandy dan keluarga,ditanganku sudah ada kado kecil yang di dalamnya ada jam tangan untuk Fandy sebagai kenang-kenangan biar nanti kalau dia sudah jauh di sana tiap detik ingat aku,walaupun itu mustahil tapi aku hanya sedikit berharap.
Setibanya dibandara ku lihat Fandy melambaikan tangannya ke arah mobilku memberitau keberadaannya,setelah memarkir mobil aku menuju kearah mereka tapi aku nggak ngeliat Faya disana, kemana dia kok belum datang, mungkin dia lagi beli kado buat Fandy makanya lambat datang.
Cukup lama kami menunggu kedatangan Faya,sampai akhirnya Fandy dan keluarga harus memasuki ruang tunggu itu tandanya Fandy dan keluarga sudah mau memasuki pesawat dan meninggalkan bandara ini,kota ini dan cinta yang belum pernah terucap ini.
Aku kesal banget sama Faya,kenapa dia belum datang juga HPnya di hubungi nggak aktif,telephon rumah juga nggak ada yang angkat,kemana seh Faya.
Fandy berpamitan sama aku,dia hanya nitip salam untuk Faya dan minta maaf karena nggak bisa nemuin dia untuk yang terakhir,dia juga minta tolong untuk bilangin ke Faya ucapan terimakasih untuk bantuannya selama ini,lalu aku berikan kado kecil itu untuk Fandy.
“Ini untuk kamu,aku minta kamu jangan lupa sama aku dan Faya dan persahabatn kita ya”.Pintaku sama Fandy,airmataku terus mengalir melepas Fandy, orang yang sangat aku cinta.
Fandy memelukku erat bikin jantungku berdegung kencang banget,ini pertama kali dan terakhir kali dia peluk aku,pelukan yang bikin aku nyaman ,pelukkan dari orang yang sangat ku kagumi,dan pelukkan ini semoga nggak dilihat Faya karena aku telah menghianatinya.
“Aku sayang banget sama kamu Nan,maaf kalau selama ini aku sudah berbohong,terimaksih untuk semua kebaikanmu,walaupun berat tapi aku harap perpisahan ini yang tebaik”.Ucap Fandy dalam pelukkannya,yang bikin aku bingung. Maaf untuk apa dan Fandy sudah bohong apa sama aku.
Fandy melepaskan pelukkannya dan aku berjabat tangan sama semua keluarga Fandy,kemudian mereka menuju ke dalam bus yang akan mengantar penumpang naik ke atas pesawat , tanpa memberiku kesempatan bertanya tentang apa maksud dari ucpannya yang baru saja aku dengar.
Aku menunggu di luar bandara,menunggu Faya datang dan menunggu pesawat yang ditumpangi Fandy lepas landas dan aku benar-benar yakin bahwa cintaku meninggalkanku untuk selamanya,aku lihat baling-baling pesawat berputar lebih kencang dari sebelumnya dan roda pesawat sudah sedikit demi sedikit bergerak maju, tiba-tiba HPku berbunyi ada panggilan masuk, waktu ku lihat dari ibunya Faya.
“Hallo tante,ada apa”?Tanyaku penasaran karena nggak biasanya ibunya menelpon,mungkin ibunya mau bilang Faya nggak bisa datang karena sakit,ya sebagai alasan karena dia nggak mau memperlihatkan kesedihannya karena kepergian Fandy,aku bisa menebak sifat anak itu.
“Nanda,Fay….”.terdegar suaranya terbata-bata,membuatku penasaran karena tidak biasanya seperti ini, sebenarnya apa yang di buat Faya hingga bikin  ibunya menangis, apa jangan-jangan Faya ikut pergi menuyusul Fandy dan jadi penyelundup masuk kedalam pesawat hingga bikin ibunya panik.
Banyak tanda tanya tentang Faya di otakku,ibunya Faya terus menangis diujung telepon membuatku panik,apa yang terjadi sebenarnya.
“Faya kenapa bu, dia nggak apa-apa kan”?Tanyaku masih dengan wajah penasaran.
“Faya,,,,Faya kecelakaan kondisinya parah mobilnya tabrakan tadi pagi waktu dia mau ke bandara katanya, sekarang dia lagi di UGD”.Jawab ibunya Faya dan tangisnya pun terdengar makin keras,membuatku tersentak hampir pingsan, kakiku lemas aku terduduk di lantai bandara.
Cepat-cepat aku hubungi Fandy tapi HPnya sudah nggak aktif,aku kirim pesan singkat memberitahunya bahwa Faya kecelakaan dan aku harap dia segera menghubungiku setelah HPnya aktif nanti .
Aku berlari menuju mobil,kupacu mobilku sangat kencang menuju rumah sakit untuk segera mengetahui keadaan Faya, aku harap dia baik-baik saja, aku harap tangisan ibunya Faya tadi hanya sebuah bentuk kekhawatiran seorang ibu yang berlebihan. Setibanya di rumah sakit aku berlari menuju keruang UGD seperti yang ibunya Faya bilang tadi, tapi setibanya di sana aku nggak lihat keluarganya Faya,hanya orang-orang yang nggak aku kenal yang berada di sana, kemana Faya?Apa dia sudah dipindahkan keruang rawat karena kondisinya sudah membaik,semoga saja.
“Maaf sus,atas nama Amanda Fatya Tania dirawat diruang mana ya”?Tanyaku pada salah satu perawat yang melintas.
“O…korban kecelakaan tadi pagi itu ya mbak?”.
“Iya sus,benar banget, bagaimana kondisinya sus, dia dirawat dimana”?aku kembali bertanya penasaran.
“Tadi dia memang sempat dirawat di UGD beberapa jam karena kondisinya sangat parah sehingga nyawanya tidak tertolong dan jenazah langsung di bawa pulang keluarga”.Jawab suster dan membuatku benar-benar shock nggak percaya.
Aku berlari keluar dari ruangan itu, berlari menuju mobil dan segera menuju rumah Faya,aku masih nggak percaya tentang apa yang baru saja kudengar, pasti itu suster salah orang dan kalau benar-benar salah orang aku mau nuntut dia karena berbohong, sepanjang jalan airmataku nggak bisa ku bendung dia terus keluar tanpa di komanto, setibanya di rumah Faya aku nggak percaya tentang apa yang sedang kulihat, aku harap ini hanya sebuah mimpi buruk, jejeran karangan bunga dari rekan ayahnya Faya sudahterpasang rapi ditepi jalan masuk menuju halaman, kulangkahkan kaki dengan berat, dan sungguh sesuatu yang nggak mau kulihat, kuhampiri ibunya Faya yang menangis disamping tubuh yang terbaring di balik kain batik yang menutupinya, kusibak sedikit kain itu dan TIDDDAAAAKKKK…..…!!!!Aku beteriak, itu ternyata benar Faya sahabatku, orang paling dekat sama aku, dia yang selalu tersenyum dan menyapaku kriwil, tapi hari ini wajah itu pucat hanya sedikit senyuman dan nggak mau nyapa kehadiranku.
“Faya,,,kamu tadi kemana, tadi aku sama Fandy nunggu lama banget kenapa kamu nggak datang, Fandy nitip salam sama kamu, bilangnya makasih karena kamu udah baik banget sama dia, juga minta maaf karena nggak bisa nemuin kamu, dia sayang sama kamu”.Aku terus berbicara,tapi Faya diam aja tubuhnya kaku,dingin.
“Ayo kak, kak Faya lagi istirahat,biarkan dia tenang”.Suara Nadin adiknya Faya terdengar disampingku, dia mengajakku pergi kedalam, karena orang-orang akan memandikan jenazah Faya dan mau segera di makamkan.
Aku terus menangis, mungkin aku rela kehilangan Fandy, tapi aku nggak rela kalau harus kehilangan Faya juga, Aku berharap ini hanya mimpi buruk yang segera berakhir, aku terus menangisi kepergian sahabat yang aku sayang.
                                                            *****DD*****
Tiga hari setelah kepergian Faya untuk selamanya, Fandy belum juga ada kabar, smsku masih pending, dia harus segera tau kabar duka ini, aku datang kerumah Faya, melepas kangenku sama dia, aku berharap yang kemarin hanya mimpi. Begitu masuk ke dalam rumahnya Faya tidak menyambutku, rumah itu sepi hanya Nadin yang menghampiriku, gadis kecil itu mirip sekali dengan Faya.
“Ayo masuk kak Nanda, kami lagi beresin kamar kak Faya”.Nadin mengajakku masuk kekamar Faya, tempat dimana biasa aku dan Faya bercengkrama, saksi bisu persahabatan kami yang begitu indah, tidak ada yang berubah dari kamar itu foto-foto kami berdua terpasang disetiap meja yang ada didalam kamar, dan dimeja ku lihat ada sebuah buku diary biru, aku menghampiri buku itu, perlahan aku membukanya, setiap halaman yang ada goresan tangan Faya, semua tentang persahabatan kami, tentang cerita waktu kami ospek pertama sebelum masuk kuliah, aku tersenyum membacanya karena mengingat kelucuan kami dulu dan halaman terakhir, itu bukan tentang kami tapi tentang aku.

Dear diary….
Hari ini aku harus berbohong sama sahabatku Nanda,si kriwil yang sangat aku sayang,karena sudah lama sebenarnya Fandy suka sama Nanda tapi buat tau tentang perasaan Nanda ke Fandy makanya aku harus pura-pura jadian sama Fandy siapa tau aja Nanda cemburu dan siapa tau aja Nanda juga suka sama Fandy,Aku sebenarnya nggak tega lakuin ini tapi karena Fandy meminta makanya aku iya aja,kalau Fandy dan Nanda jadiankan aku ikut senang karena selama aku temanan sama Nanda aku belum pernah lihat dia jalan,dekat atau bahkan jadian sama cowok.
Semoga aja Nanda cemburu dan bilang kalau sebenarnya dia suka sama Fandy,nggak usah ngomong ke Fandy cukup ke aku aja ntar aku sampein ke Fandy biar dia nembak Nanda dan mereka jadian deh.hehhheehhe

Aku menangis membaca itu,ternyata Fandy suka sama aku,ini karena keegoisanku karena gengsi ngungkapin apa yang aku rasain.ku baca halaman terakhir diarynya Faya.

Dear Diary……
Aku pura-pura jadian sama Fandy udah sebulan lebih,tapi Nanda nggak juga kasih tanda kalau dia cemburu,apa sebenarnya Nanda nggak suka sama Fandy,padahal Fandy berharap Nanda juga punya perasaan yang sama.Bahkan aku pancing-pancingpun dia nggak bilang kalau dia juga suka sama Fandy apa kira-kira Nanda menganggap pacaran kami serius padahalkan enggak.
Besok Fandy mau pindah ke Maluku sama semua keluarganya,aku kasih kesempatan mereka jalan bareng dengan alas an beli kado buat aku biar Nanda deket sama Fandy karena bilang Fandy kalau Nanda suka sama dia,Fandy rela kos di sini dan nggak ikut sama orang tuanya.
Tapi Nanda nggak juga ada respon,Ya Allah satukanlah mereka aku ingin mereka bersatu,aku ingin melihat Nanda bahagia ,aku ingin kebohongan ini segera berakhir dengan sebuah kebahagiaan.

Aku tutup buku diary itu,aku semakin benci sama diriku sendiri kenapa aku nggak ungkapin tentang apa yang sudah aku rasain sama Fandy hanya karena gengsi,dan sekarang aku kehilangan orang yang aku cintai dua orang sekaligus, kalau saja aku ungkapkan perasaanku ke Fandy semua kejadian memilukan ini pasti nggak akan pernah terjadi, Fandy nggak akan pergi dan Faya pasti nggak mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya, tapi semua sudah terlambat. waktu aku mau mengembalikan buku diary itu, tiba-tiba Nadin menghampiriku.
“Kak Nanda,ini ada surat aku temuin dalam tas kak Faya, kayaknya buat kak Nanda, maaf kalau Nadin baca dikit soalnya Nadin nggak tau itu buat kakak.”Ucap Nadin sambil menyerahkan sebuah amplop biru kecil dan aku buka lalu ku baca isi surat didalamnya.

Untuk bidadai hatiku…

Nanda…..Mungkin aku anggap pengakuanku ini terlalu naïf,Bagaimana juga kusadari dan bagaimana diriku.
Maafkan aku Nan,aku sudah berusaha menahan perasaanku yang ada dalam hatiku dan aku juga sudah berusaha membendung keinginanku untuk mengutarakan apa yang ada dalam hatiku yang sebenarnya mencintaimu.
Maaf jika selama ini aku dan Faya bersandiwara,itu aku lakukan hanya untuk tau akan perasaanmu sama aku,aku sebenarnya sudah lama mencintaimu tapi aku tak mampu untuk mengutarakannya karena aku sadar bahwa aku nggak pantas untuk mendapatkanmu,masih banyak yang lebih baik dari aku.
Untuk memutuskan kepindahanku ini sangat berat,karena aku yakin aku nggak sanggup jauh sama kamu,tapi akhirnya aku putuskan untuk ikut dengan orang tuaku agar mampu melupakanmu, karena selama perkenalan kita aku tidak melihat tanda-tanda kalau kamu mencintaiku, aku takut jika aku utarakan perasaanku lalu kamu menolaknya itu akan merusak persahabatan kita, maka dari itu aku putuskan untuk pergi,karena cinta itu tak mungkin kau terima.
Maaf juga aku sudah jadi seorang pengecut karena surat ini aku titipkan pada Faya untuk diberikan sama kamu,karena aku harap jika kamu baca surat ini aku sudah pergi jauh dan kamu tidak akan melihat orang yang kamu benci di kota ini,aku terima semua bentuk kemarahanmu karena telah mengungkapkan ini,tapi dari lubuk hati yang paling dalam aku ingin kau tau AKU MENCINTAIMU……..
Selamat tinggal….
Fandy Hadi Sanyoto

Penyesalan yang teramat sangat bergejolak di hatiku, tapi semua itu kini sia-sia dan percuma karna sudah sangat terlambat untuk menyesal. Walau kau tak mendengar Fandy di sini di kamar Faya dan aku Yakin Faya mendengarnya Aku juga Sangat Mencintaimu Fandy.Ku peluk erat surat itu sambil terus menyalahkan diriku sendiri yang terlalu egois.

Kita tak akan pernah tau kedalaman cinta sampai akhirnya tiba sebuah perpisahan dan disitu baru kita sadar kehadirannya sangat bermakna untuk kita.
Kini aku menyesalpun tak akan pernah dapat memutar kembali waktu yang sudah terlewati,karena cintaku telah pergi.

Senin, 22 September 2014

"Ketika sebuah pengorbanan berbuah Manis "
“ SEMUA HANYA DEMI IBU “



Randy adalah seorang lelaki yang mulai beranjak dewasa. Kini Randy bersekolah di SMA terbaik di kotanya. Tapi sayang Randy tidak lahir normal atau sempurna di banding teman-temannya,dia hanya memiliki satu tangan kanan dan kaki yang tidak sempurna,kaki yang kanan tulang betisnya bengkok sehingga kalau jalan Randy agak pincang. Entah apa yang membuatnya cacat tapi semua itu terjadi sudah sejak ia lahir. Randy kecil dulu sempat berontak karena malu temannya mengejek dan menjulukinya si pengkor atau bahkan ada yang memanggilnya si tangan satu dari goa hantu.
Setiap pulang sekolah Randy selalu menangis karena ulah teman-teman kecilnya, tapi dirumah selalu ada yang menyemangatinya orang tersebut adalah ayahnya, ayahnya selalu mampu meyakinkan Randy bahwa dia adalah anak terbaik di dunia ini di banding teman-temannya, dia adalah pria tampan yang kelak akan mendapatkan bidadari yang akan menemani hidupnya, dan Randy yang memiliki suara merdu kelak akan menjadi orang besar di dunia menyanyi,pujian-pujian itu yang selalu ayah Randy ungkapkan untuknya,dan pujian itu yang selalu membuat percaya diri Randy bangkit kembali, walaupun Randy tau itu hanya untuk mnghiburnya.  Sedangkan ibu,Randy tidak punya banyak cerita tentang ibunya, karena sejak kecil sampai sekarang Randy belum pernah mendengar pujian dari ibunya untuk Randy sebagai penyemangat atau apapun, seolah ibunya menyesal telah melahirkan anak cacat itu kedunia ini,ah Randy selalu berusaha menepis pikiran buruk tentang ibunya dari otaknya,Randy bersyukur karena tanpa ibunya Randy nggak mungkin bisa melihat indahnya dunia.
               “Randy,bantu ayahmu membersihkan gerobaknya.”Teriak ibunya dari atas loteng.
Keluarga Randy hidup sederhana,mereka tinggal di sebuah gang sempit,di rumah kecil terbuat dari papan dan papan itu kini sudah mulai rapuh,rumah itu memiliki 2 lantai peninggalan dari orang tua ibunya yaitu nenek dari Randy dan Ratih adiknya Randy yang kini kelas 2 SMP. Ayahnya bekerja sebagai penjual batagor keliling yang penghasilannya pas-pasan,untungnya Randy dan Ratih mendapatkan beasiswa sehingga dapat terus melanjutkan sekolahnya.
                                                                                          ---------  II---------
Setiap pagi sebelum berangkat kesekolah Randy terlebih dulu membantu ayahnya menyiapkan segala sesuatu untuk jualan, karena Randy sangat mencintai ayahnya, Tapi kini kebersamaan itu sudah tidak ada lagi,waktu Randy kelas 1 SMA ayahnya pergi meninggalkannya untuk selamanya karena sakit jantung yang telah di deritanya sejak lama, itu yang membuat Randy yang kini telah beranjak dewasa harus bekerja keras membantu ibu biar dapur tetap ngebul. Sepulang sekolah Randy bekerja sebagai penyemir sepatu di sebuah bandara dekat sekolahnya,dia tidak malu atau takut di ejek teman-temannya. Semua ini dia lakukan semata-mata hanya untuk membahagiakan Ratih adiknya, selain itu agar ibunya sedikit bangga pada Randy, ya walau sedikit setidaknya masih ada yang bisa di banggakan dari Randy.
“Maaf pak, apa bapak mau sepatunya saya semir?”Begitulah Randy menawarkan jasanya, kadang ada yang mau, tapi tidak sedikit juga yang berlalu tanpa melihat Randy.
“Nak,kemari kamu!”Seorang bapak-bapak paruh baya memanggilnya.
Randy menoleh kekanan-kekiri mencari-cari orang yang di panggil bapak itu,tapi tidak ada orang lain.
“Iya kamu tukang semir.”Lanjut orang itu. Merasa dia yang di panggil,Randy menghampirinya.
“Semirkan sepatuku ya.”
Ternyata bapak itu meminta Randy menyemir sepatunya, sembari menunggu sepatunya di semir, bapak itu membaca Koran sambil mengajak ngobrol Randy.
“Kamu masih sekolah nak?”
“Iya pak.”
“Sekolah dimana,kelas berapa?”
“Di SMA Negeri 1 pak,kelas 3.”Jawab Randy sambil terus menyemir.
“Wah sebentar lagi lulus donk, kalau sudah lulus pengen kuliah dimana?”.
“Iya pak,insyaallah,kalau ditanya pengen lanjut dimana kayaknya saya mau tetap menyemir aja pak,mana mungkin orang cacat seperti saya ada yang mau menerima bekerja”.Jawab Randy sedikit putus asa dengan keadaannya.
“Kamu jangan putus asa nak, tetap berusaha ya,nanti kalau sudah lulus kamu hubungi bapak ya nanti kerja di kantor bapak.”Ucap bapak tua itu sambil menyerahkan kertas kartu nama.
Randy menerima kartu nama itu dan melihat namanya sejenak, Prabu Wicjaksono jabatan president direktur, Randy sempat shock melihat orang dihadapannya yang terlihat biasa ternyata dia seorang president direktur di sebuah perusahaan mobil.
“Benar pak,saya janji saya akan belajar sungguh-sungguh dan saya akan segera menghubungi bapak nanti.”Jawab Randy semangat, Randy senang sekali mendengar tawaran itu, ternyata di dunia ini masih ada yang perduli sama orang cacat seperti Randy.
“Ini pak sepatunya sudah selesai.”
“Berapa nak?”
“Tidak usah pak,bawa aja.”
“Memangnya semir yang kamu pakai itu kamu dapat darimana?”
“Saya beli pak.”
“Nah kalau begitu ambilah ini sebagai modal untuk membeli semir.”
Bapak itu memberi  Randy uang 100rbu, tapi Randy menolaknya.
“Saya nggak punya kembaliannya pak,Cuma 2rbu kok .”
“Sudah ambil aja kembaliannya dan jangan lupa hubungi saya nanti kalau kamu membutuhkan sebuah pekerjaan.”  Setelah menggunakan sepatunya bapak-bapak itu pergi meninggalkan Randy yang masih tidak percaya ditangannya ada selembar uang 100rbuan,ibunya pasti senang melihat Randy membawakan uang banyak untuknya.
Randy berlari kecil hendak pulang kerumah,dia tak sabar memberikan uang itu untuk ibunya, Randy ingin ibunya sedikit bangga pada kerja keras nya selama ini membantu ibu,karena selama ini ibunya selalu bilang bahwa kehadiran Randy nggak pernah ada gunanya, Randy selalu menyusahkan ibunya, bahkan sekarang semenjak ayahnya meninggal ibunya harus bersusah payah berjualan kue keliling kampung demi menghidupi Randy dan Ratih.
Sesampai di rumah Randy berteriak-teriak mencari ibunya.
“Bu, ibu Randy pulang bu, lihat Randy bawa banyak uang untuk ibu!”Teriak Randy mencari ibunya, tapi rumah itu sepi, tidak ada seorangpun didalamnya.
“Randy!”Tiba-tiba bu Fatwa tetangga  sebelah memanggilnya.
“Tadi ibumu tetabrak mobil sekarang dia di bawa kerumah sakit sama orang yang menabraknya.”
Randy tersentak kaget mendengar berita itu, seolah jantungnya berhenti sejenak,tubuhnya lemas. Uang seratus ribu itu masih di genggamnya, niatnya tidak berubah,dia ingin berikan uang itu untuk ibunya.
Randy pergi menuju Rumah Sakit, cukup jauh Rumah Sakit dari rumah Randy,tapi tetap dia tempuh dengan jalan kaki karena dia tidak ingin menggunakan uang itu untuk naik kendaraan dan hanya itu uang yang dia punya.
                                                            -----II------
               Siang itu matahari terbit dengan semangat, kaki Randy seolah sudah tak mampu lagi untuk melangkah, keringatnya bercucuran, perutnya lapar,tenggorokanya kering tapi Rumah Sakit tempat ibunya di rawat belum juga terlihat, Randy beristirahat sejenak di bawah pohon hanya untuk  mendinginkan kepalanya,dan mengistirahatkan kakinya, tapi wajah ibunya tak lepas dari pikiran Randy. Randy mengabaikan rasa lelahnya,dia lanjutkan lagi langkahnya menuju rumah sakit.
Akhirnya Randy tiba juga di rumah sakit, dengan tergopoh-gopoh dia hampiri bagian receptionis.
“Mbak,ibu Wati Cahaya korban kecelakaan itu di rawat dimana?”
“Sebentar ya mas.” Petugas jaga itu terlihat mencari nama yang Randy maksud dari database di  komputernya.
“masih di ruang UGD.”Lanjut perawat tersebut.
Randy menuju ruang yang disebutkan petugas tadi. Sesampainya di depan pintu UGD Randy melihat Ratih sedang menangis di kursi tunggu tak jauh dari ruangan ibunya.
“Gimana keadaan ibu?”
“Ibu kak, kata dokter keadaan ibu sangat parah.” Jelas Ratih sambil menangis, Randy memeluk adik yang di cintainya itu.
“Ratih takut kehilangan ibu kak,Ratih cinta ibu kak.”
“Kakak juga nggak mau kehilangan ibu, kakak juga sayang sama ibu, kita berdoa ya semoga ibu baik-baik aja.”
Randy mencoba menenangkan adik semata wayangnya, Randy belum melihat keadaan ibunya, cukup mendengar penjelasan Ratih, Randy tau bahwa ibunya cukup parah, kemudian Randy mendatangi dokter yang merawat ibunya.
“Permisi dok,boleh saya mengganggu sebentar?” ucap Randy sambil mengetuk pintu ruang dokter.
“Silahkan, silahkan masuk.” Jawab dokter itu ramah.
“Saya putranya ibu Wati pasien yang di rawat di ruang UGD korban kecelakaan tadi pagi dok, kalau saya boleh tau bagaimana keadaan ibu saya?”
“Begini nak, berat untuk saya mengatakan ini,karena kecelakaan itu ibumu mengalami kebutaan, kornea matanya rusak sehingga terkena pecahan kaca dan fatalnya lagi kebutaan itu terjadi pada kedua matanya.”
“Jadi apa yang harus kami lakukan dok, agar ibu kami dapat melihat kembali?”Tanya Randy lagi, karena dia tidak mau ibu yang sangat dia cintai harus mengalami kebutaan.
“Ibumu harus mendapat donor kornea mata.”
“Kalau begitu saya sedia mendonorkan mata saya dok.”Ucap Randy tegas, dia ingin memberikan yang terbaik untuk ibunya.
“Itu tidak boleh nak, pendonor mata hanya boleh di lakukan setelah orang tersebut meninggal.”
“Jadi sampai kapan kami harus menunggu sampai ada pendonor mata”?
“Tunggu saja 2 atau 3 bulan, jika ada orang yang meninggal dan keluarga mau mendonorkan matanya maka kami akan menghubungi adik.”
               Randy meninggalkan ruangan dokter,dia berdoa semoga secepatnya ada seorang yang dermawan yang mau mendonorkan mata untuk ibunya.
                                                                   ------II------
               Setelah dirawat kurang lebih dua minggu, akhirnya ibunya Randy diperbolehkan pulang, untung semua biaya rumah sakit ditanggung oleh orang yang telah menabrak ibunya Randy jadi Randy tidak memikirkan biaya nya, tapi yang jadi pikiran Randy adalah apa yang harus Randy lakukan untuk menafkahi keluarga, karena ibunya sudah nggak mungkin lagi untuk berjualan, jadi sekarang Randy harus menambah jam kerjanya menyemir agar dapat uang tambahan lebih banyak lagi.
“Bu, ini ada uang untuk ibu,lama banget sudah Randy simpan untuk ibu, waktu itu Randy dapat rejeki bu.”
Randy meletakkan uang 100ribu yang pernah dia terima hasil menyemir kepada ibunya.
“berapa ni?”
“100ribu bu.” Jawab Randy senang, dia berharap ibunya senang menerimanya. Tapi ibunya malah melempar uang itu.
“Untuk apa uang itu, apa selama ini Cuma itu yang bisa kamu dapat, apa dengan uang segitu sudah bisa mencukupi kebutuhan rumah? Kamu benar-benar anak nggak berguna!” Jawab ibu ketus, Randy kecewa mendengar ucapan itu, Randy ingin menangis mendengarnya. Tapi Randy kembali ingat pesan ayahnya dulu, bahwa pantang bagi laki-laki menangisi hal-hal kecil, karena itu akan membuat laki-laki semakin lemah.
                                                                           -----II------
               Setiap hari Ratih menuntun ibunya kemanapun yang ibu mau, hanya Ratih yang menuntun karena ibunya nggak mau di tuntun oleh Randy, katanya itu akan membuatnya celaka di tuntun oleh orang cacat seperti Randy.Randy sedih mendengar hinaan yang di ucapkan dari ibu yang telah melahirkannya, Randy sempat berfikir apa Randy ini bukan anak yang lahir dari rahim ibunya sampai-sampai ibunya sebenci itu sama dia, tapi Randy mengambaikan fikiran itu, dia selalu berfikiran positif, mungkin itu ibu lakukan karena ibu sayang sama dia atau itu pengaruh karena ibu tidak dapat melihat,jadi membuatnya sering emosi. Randy mencoba memahaminya.
               Entah apa yang membuat ibunya sebenci itu sama Randy, Padahal Randy selalu menuruti yang ibunya mau dan berusaha memberi yang terbaik untuk ibunya, tapi mungkin memang karna kehadiran Randy di dunia ini nggak membantu ibunya sama sekali, dulu waktu ada ayahnya Randy nggak sesedih ini, karena ayahnya selalu mampu membuat Randy tersenyum karena pujian dan semangat dari ayahnya.
                                                                           ----ll------
               Sebulan, dua bulan, bahkan sekarang sudah jalan hampir 3 bulan belum juga ada kabar dari rumah sakit tentang donor  mata, dan Randy memutuskan untuk ke rumah sakit menanyakan tentang pendonor mata untuk ibunya, tapi dokter mengatakan bahwa belum ada satu orangpun pendonor. Randy semakin nggak tega melihat Ratih yang setiap hari harus bersusah payah membantu ibunya melakukan sesuatu, karena ibunya hanya mau di bantu oleh Ratih.
Hari ini genap 3 bulan,ibunya Randy tidak dapat melihat indahnya dunia, tidak dapat melihat lagi kecantikan putrinya Ratih,dan si cacat yang dia benci yaitu Randy, selain itu ibunya juga tidak lagi dapat berjualan. Walaupun orang yang telah mencelakakan ibunya Randy membiayai keperluan keluarga tapi semua itu tak cukup karena tidak dapat mengembalikan penglihatan ibunya.
Tapi suatu pagi rumah Sakit mengirimkan surat kepada ibunya Randy, sebuah kabar gembira karena ibunya telah mendapatkan pendonor mata. Ratih membacakan surat itu, begitu mendengar berita itu si ibu sangat senang.
“Aku akan mengucapkan ribuan trimakasih sama orang yang sudah mendonorkan matanya untuk ibu.”Ucap ibu sambil sujud syukur karena senang akan melihat lagi.
“Besok kita di suruh kerumah sakit bu, jadi Ratih harus mencari kak Randy tentang kabar gembira ini bu.”
“Nggak usah,buat apa kasih tau dia,anak itu nggak ada gunanya,besok kita pergi sendiri aja.”Jawab ibunya ketus, seolah dia nggak mau Randy ikut bahagia mendengar berita itu.
Keesokan harinya Ratih dan ibunya pergi kerumah sakit, tanpa Randy. Ibunya sangat senang sekali hari ini mau di oprasi dan nggak lama lagi dia sudah bisa melihat lagi kayak dulu.
Setibanya di rumah sakit Ratih langsung menuju ruang dokter yang akan mengoprasi ibunya, setelah mengurus semua administrasi dan menunggu selama kurang lebih 3jam,akhirnya ibunya di bawa ke ruang oprasi.
                                                                           ------------ll--------------
               Oprasi berjalan lancar, kini ibunya Randy hanya menunggu masa pemulihan apakah oprasi itu berhasil atau nggak, semuanya bisa di lihat 2 minggu kemudian.
“Bagaimana keadaan ibu?” Tanya Ratih sepulang sekolah waktu dia menghampiri ibunya.
“Ibu baik nak, kamu sudah pulang?”
“Iya bu.”
“Mana kakakmu,kemana anak itu sudah lama ibu nggak mendengar suaranya, dasar anak durhaka.” Ucap ibu kesal.
“Sudahlah bu, jangan begitu sama kak Randy, mungkin dia lagi cari uang buat kita.” Jawab Ratih membela.
“Ah, ibu nggak yakin sama anak itu, ibu nyesal punya anak kayak dia, nggak ada yang bisa ibu harapin dari dia, bisanya nyusahin aja.”
Ratih hanya terdiam mendengarnya, Ratih harus berusaha mengalah demi kesembuhan ibunya,karena kalau ibunya banyak fikiran itu akan mengganggu perkembangan syaraf yang membantu kesembuhan mata ibunya.
                                                                           --------------ll--------------
               Hari ini adalah waktu yang di tunggu-tunggu Ratih, karena hari ini perban yang kurang lebih 2 minggu menutup mata ibunya akan di buka.
“Doain ibu ya nak, semoga semuanya lancar.” Pinta ibunya pada Ratih yang erat mengenggam tangannya sebelum memasuki ruang oprasi.
“Iya bu, Ratih selalu berdoa untuk ibu.”
               2 jam Ratih menunggu di luar ruang oprasi dengan cemas, selain takut terjadi apa-apa sama ibunya,Ratih juga cemas karena Randy sudah hampir 3 minggu nggak pulang kerumah, Ratih takut terjadi apa-apa sama kakaknya, karena kondisi fisik kakaknya itu yang membuat Ratih cemas.
Dokter keluar dari ruang oprasi dan menghampiri Ratih.
“Selamat ya nak, oprasinya lancar dan sekarang ibu kamu sudah bisa melihat lagi.” Ucap dokter yang membuat Ratih menangis senang.
“Benarkah dok?Apa saya sudah boleh melihat ibu?” Tanya Ratih penasaran.
“Iya boleh, masuklah, Oya ini tolong berikan untuk ibumu ya?” Dokter itu memberikan sepucuk surat dalam amplop putih.
“Apa ini dok?” Tanya Ratih heran.
“Saya juga nggak tau, itu titipan katanya suruh berikan untuk ibumu kalau beliu sudah bisa melihat kembali.”
Kemudian dokter itu meninggalkan Ratih setelah membrikan suratnya, Ratih menuju ruang tempat ibunya dirawat setelah oprasi.
“Ibu……………!” Ratih berteriak senang dan langsung memeluk ibunya.
“Ratih, akhirnya ibu bisa lihat kamu lagi nak.”
“Bu, ini tadi ada surat dari dokter katanya untuk ibu”.
“Apa ni?Dari siapa katanya pak dokter?”
“Dokter bilang dari seseorang untuk ibu, ayo kita baca bu,mungkin dari orang yang sudah menabrak ibu kan dia yang biayai oprasi ini.” Kata Ratih sambil membantu membuka amplop yang dia bawa tadi.
Ibunya mengambil isi amplop itu dan memperbaiki posisi duduknya biar bisa membaca dengan jelas.

Untuk ibuku tercinta…..
Bu, mungkin saat ibu membaca surat ini Randy sudah pergi untuk selamannya, Randy sedang menyusul ayah, karena Randy sangat merindukannya. Maaf bu Randy nggak sempat pamit tapi yang jelas sekarang Randy senang karena bisa membantu ibu untuk kembali melihat dunia, bisa melihat lagi Ratih yang cantik, dan ibu sudah nggak akan lihat lagi Randy yang cacat ini.
Trimakasih untuk semua cintanya yang nggak pernah pudar bu, Randy tau sebenarnya ibu sayang sama Randy, dan dengan cara itu mungkin ibu tunjukan sama Randy. Randy sayang banget sama ibu, dan inilah yang Randy lakuin untuk membuat ibu bahagia, Randy pengen ibu bangga sama Randy dan semoga dengan cara ini ibu bisa bangga dengan pengorbanan Randy.
Semoga mata Randy dapat berguna, karena dimata ini ada cinta Randy yang begitu besar untuk ibu, kasih sayang yang nggak pernah bisa Randy balas. Randy cinta ibu dan Ratih selamanya.
Selamat tinggal bu……salam cinta dari anakmu…
Randy Irawan

Ibu memeluk surat itu bersama Ratih. “Ibu juga sayang kamu nak,,,,maafkan ibu Randy.”
Walaupun Randy sudah pergi untuk selamanya, pasti dia mendengar ungkapan maaf ibunya.
“PENYESALAN ADALAH BUAH DARI KETIDAKSABARAN”